Rabu, 14 Mei 2008

Subandi Pr,Spd : Politisi Wonogiri Tertarik Jeruk Pati Untuk Memakmurkan Wonogiri

Reuni pendidik. Ide yang baik mudah menular. Itu yang terjadi ketika Ketua DPD PAN Kabupaten Wonogiri dan sekaligus Fraksi PAN di DPRD Wonogiri, Subandi Pr, Spd, sempat mampir di stan Jeruk Bali Madu asal Pati.

Stan satu ini nampak menonjol dan berbeda dibanding puluhan stan lain yang meramaikan perhelatan Wonogiri Puspa Gumelar 1/2008 : Ajang Kontes dan Bursa Tanaman Hias Nasional yang berlangsung 27 April sd 4 Mei 2008 di Lapangan Giri Kridha Bhakti, Alun-Alun Kabupaten Wonogiri.

Stan tersebut memamerkan dan menjual produk buah dan bibit jeruk bali madu rintisan Bapak Sukir, Spd, yang seorang guru SD asal Desa Bageng, Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah.

Photobucket

Bibit kerjasama. Keduanya sama-sama berlatar belakang sarjana pendidikan tetapi memiliki medan bhakti berbeda dan bisa saling mengisi. Bapak Sukir (kiri) dengan latar belakang mobil hasil penjualan jeruk bali madu dan Bapak Subandi Pr sedang menyimak kliping majalah Trubus yang melaporkan fenomena jeruk bali madu asal Pati yang mengguncang peta jeruk besar di tanah air. (Foto : Bambang Haryanto).


Obrolan pun jadi mengalir. Dalam upaya memakmurkan Wonogiri yang tandus, Subandi Pr sebagai wakil rakyat sempat bercerita mengenai perburuannya untuk mencari bibit unggul jagung bertunas tujuh. “Saya temukan itu di Gorontalo. Petaninya bukan lulusan dari fakultas pertanian, tetapi jurusan komunikasi,” ceritanya.

Pak Sukir lalu menimpali, bahwa inovasi tidak harus dilakukan oleh mereka yang memiliki disiplin ilmu tertentu di bidang yang tertentu itu pula. “Yang penting adalah kejelian melihat peluang dan menerjuninya dengan tekun,” tegasnya.

Pak Sukir yang oleh majalah pertanian berwibawa, Trubus, disebut sebagai pionir budi daya jeruk bali madu, telah membuktikan kiatnya itu. Keberhasilan ini yang menjadi magnit sehingga Pak Subandi Pr tergoda untuk melunasi gregetannya, setelah menikmati jeruk bali madu yang benar-benar manis itu, dengan memborong 4 tanaman bibitnya.

Bahkan, walau masih secara tidak resmi, beliau berjanji suatu saat ingin mengajak para petani asal Wonogiri untuk melakukan ekowisata, mengunjungi desa Pak Sukir di Pati yang kini ditanami ribuan pohon jeruk bali madu.

“Silakan datang ke Pati. Kami pun sudah siap untuk menyediakan bibitnya,” tegas Pak Sukir. Semoga silaturahmi antar kedua pendidik ini membuahkan kemakmuran, baik bagi masa depan Pati dan juga Wonogiri. Sukses untuk kedua pionir kita ini ! (bbh).


jbm

Jeruk Bali, Antioksidan Andal dan Pemanasan Global

Tenggelamnya Patung Liberty. “The warnings are rather chilling. Around 2,000 islands will disappear from Indonesia's map due to rising sea levels,” demikian pembuka artikel dari Kanis Dursin di harian The Jakarta Post, 1/5/2007. Peringatan itu terdengar menakutkan. Sekitar 2.000 pulau akan lenyap dari peta Indonesia akibat kenaikan permukaan air laut.

Artikel itu melanjutkan bahwa semua kota-kota pantai dan perumahan di tepi laut akan tenggelam. Secara ekstrim, walau terkesan sebagai guyonan, Patung Liberty di AS pun terpaksa menyiapkan diri dengan pelampung agar tidak ikut tenggelam.

Satwa liar, terutama yang dilindungi, akan punah. Banjir, tanah longsor, badai dan angin ribut akan menjadi peristiwa rutin, sementara penyakit akan menghantui seluruh penghuni jagat ini.

Walau pun demikian, sebagian besar penduduk Indonesia tidak menyadari angka-angka statistik yang menakutkan itu. Mereka juga jauh dari siap melakukan aksi konkrit untuk mengantisipasi pemanasan global. Survei ACNielsen menunjukkan 28 persen warga dewasa di perkotaan menyadari ancaman pemanasan global, tetapi hanya separonya yang menganggapnya sebagai masalah yang serius.


Daya tahan tubuh menurun. Pemanasan global tanpa disadari juga memberikan dampak nyata, yakni kondisi cuaca yang sulit diprediksi. Cuaca panas bisa mendadak berubah menjadi mendung bahkan hujan, begitu juga sebaliknya. Kondisi inilah yang membuat imunitas tubuh menjadi rendah alias menurun. Jika daya tahan menurun, tubuh akan mudah terserang penyakit. Terlebih bagi mereka yang terkurung dalam ruang ber-AC atau pekerja lapangan yang terpapar udara bebas.

Dalam kondisi daya tahan tubuh menurun itulah radikal bebas sebagai agen infeksi maupun racun akan mudah menembus pertahanan tubuh. Sebagian orang menyikapinya dengan mengonsumsi multivitamin. Harapannya, agar daya tahan tubuh tetap terjaga. Pertanyaan berikut yang muncul, apakah itu efektif?

Tentu saja sangat relatif karena harus didukung oleh kesadaran untuk memilih hidup sehat seperti mengatur pola makan dan istirahat cukup. Tak ada yang salah dengan pemanfaatan multivitamin. Namun, ada baiknya Anda mulai mempertimbangkan cara lain yang lebih alami guna mengatasi penurunan imunitas atau daya tahan tubuh, yakni memanfaatkan khasiat jeruk bali, bawang putih, jamur sitake, kacang brasil, dan alpukat.

Seorang pencinta bahan pangan organik dari Singapura, Andrew Behrendt, dalam tulisannya “Solution For Low Immunity”, menjelaskan bahan alami tersebut mampu memberi pasokan mineral, vitamin A, B, C, dan E, serta asam lemak esensial. Kelima bahan tersebut terbukti mampu menjadi turbo boost atau pendongkrak kekebalan tubuh melawan demam dan flu karena perubahan cuaca.

Jeruk Bali. Kandungan betakaroten, folat, dan potasiumnya menjadi komponen penting dalam mempertahankan daya tahan tubuh. Buah ini juga berpotensi sebagai “alat” detoksifikasi karena mengandung antioksidan tinggi, yakni 350 mikrogram vitamin C per 100 gram daging jeruk. Kandungan vitamin C ini sangat baik untuk sumber antioksidan.

Bahkan, para perokok dianjurkan mengonsumsi jeruk bali paling tidak dua siung (helai dalam buah) setiap hari. Untuk memanfaatkannya, ambil satu buah jeruk bali ukuran sedang yang telah dikupas dan dibuang isinya. Masukkan ke dalam blender, campur dengan air secukupnya. Jika suka, tambahkan satu sendok madu atau buah lainnya seperti mangga atau pir.

Cara lain, siapkan satu buah jeruk bali ukuran sedang yang telah dikupas dan dibuang isinya dan 1 cm jahe kupas. Masukkan bahan-bahan tersebut ke blender dengan ditambah sedikit air atau tidak sama sekali sesuai selera. Untuk campuran salad, ambil 200 gram pepaya, 200 gram apel, 200 gram nanas, 200 gram melon (semuanya dipotong dadu), dan jeruk bali ukuran sedang yang telah dikupas dan dibuang isinya lalu dipotong-potong sesuai selera.

Tambahkan juga stroberi dan kiwi untuk hiasan. Siapkan juga bahan dressing, campuran alpukat yang telah diblender halus dengan mayones. Tambahkan empat sendok madu pengganti pemanis, kocok dengan mikser sampai rata, beri air secukupnya lalu aduk rata. Selanjutnya, bahan buah segar diatur dalam mangkuk atau piring, kemudian disiram dengan dressing.

Bagaimana dengan khasiat bawang putih, jamur sitake, kacang brasil, dan alpukat ? Informasinya dapat Anda klik di sini. Salam sehat selalu untuk Anda dan keluarga tercinta Anda ! (bbh).


jbm

Jumat, 09 Mei 2008

Jeruk Bali Madu Pati Serbu Wonogiri

Jemput Bola. Pebisnis masa kini haruslah agresif dan inovatif. Hanya diam sambil menunggu pembeli datang ibarat menunggu rejeki jatuh dari langit. Agar bisnisnya mampu bertahan, konsumen yang kini semakin memiliki kebebasan dalam memilih produk atau pun cara membeli, harus didatangi.

Prinsip jemput bola merupakan keharusan.

“Ini pertama kali kami hadir di Wonogiri,” kata Sukir, Spd., penangkar jeruk bali madu asal Pati. Ia yang dibantu para anak buahnya, Joko Susilo (foto), Chairul Huda dan Giyarto, menyajikan produk andalan desanya : jeruk bali madu. Stan Pak Sukir hadir di sisi barat dari kegiatan Wonogiri Puspa Gumelar 1/2008 : Kontes & Bursa Tanaman Hias Nasional di lapangan Giri Krida Bhakti Wonogiri, 27 April sd 4 Mei 2008.

Di antara stan yang kebanyakan menjajakan produk tanaman hias, stan Pak Sukir menyajikan produk yang berbeda. Selain buah-buah jeruk besar yang pernah mendapat liputan dan pujian dari majalah pertanian berwibawa, Trubus, juga dijajakan bibit tanaman jeruk bali madu bersangkutan. Ikut dipajang buah dan tanaman buah naga. Harga buah jeruk itu bervariasi, antara 15 sd 35 ribu. Sedang harga bibit 35 ribu/pohon.

Ditemui menjelang acara itu berakhir, Pak Sukir menyatakan bahwa keikutsertaannya membuka stan di Wonogiri ini boleh disebut menuai sukses. Ditanya apakah sepadan antara sewa stan sebesar 1 juta rupiah ditambah biaya lain-lain selama mengikuti pameran dibanding transaksi, ia mengatakan masih bisa pulang membawa keuntungan. “Tidak itu saja. Kami bati satak, juga bati sanak,” tuturnya.

Artinya, selain memperoleh keuntungan secara finansial, dirinya juga beruntung memperoleh kontak-kontak baru dengan warga Wonogiri, baik dalam mengembangkan kerjasama atau berbagi gagasan untuk sama-sama memperoleh kemajuan. Stan Pak Sukir ini sempat dikunjungi Ketua DPD PAN Kabupaten Wonogiri dan Fraksi PAN di DPRD Kabupaten Wonogiri, Subandi PR, S.Pd.

Photobucket

“Tahun depan kami akan kembali ke Wonogiri,” tekadnya sambil berfoto (atas) menunjukkan sertifikat keikutsertaannya. “Karena dengan pameran ini kami, para petani, dapat memasarkan produk dan membuka lapangan kerja. Semoga Wonogiri semakin jaya,” tutupnya. (BH).


jbm

Jumat, 02 Mei 2008

Pamelo Muria : Dua Nama Satu Rasa

Oleh : Destika Cahyana
Sumber : Majalah Trubus No.446, Januari 2007 : hal.6- 63).



Di Pati namanya jeruk bali madu. Di Kudus, jeruk muria kudus. Julukan jeruk besar tanpa biji ini memang ganda. Di Kota Tayub—sebutan Pati-- Citrus grandis tumbuh di lereng sebelah barat Gunung Muria. Di Kudus ia ditemukan di kaki gunung sebelah timur. Karena lezat—rasa manis tanpa asam—jeruk istimewa itu menjadi kebanggaan Pati dan Kudus.

Dualisme nama itu bermula dari munculnya jeruk bali madu ke pentas nasional. Ketika itu Sukir Spd, pekebun buah di Pati, memboyong 2 truk –setara 8 ton-- jeruk besar ke Pameran Trubus Agro Expo 2006 di Taman Bunga Wiladatika Cibubur, Jakarta Timur. Di pameran itulah jeruk bali madu menyedot perhatian pengunjung dan sesama peserta stan. “Luar biasa. Itu jeruk paling enak yang pernah saya cicipi. Manis tanpa rasa asam,” kata Ganis Harsono, pemilik Garfazh Utama Nurseri, di Jakarta.

Kehadiran di ajang pameran itu juga emngejutkan kalangan perbuahan. “Setahu saya, pati bukan sentra jeruk besar. Namun, 4 tahun silam pernah muncul jeruk yang hamper mirip. Namanya jeruk muria kudus,” tutur Eddy Soesanto, pemilik nurseri Tebuwulung. Menurut Eddy, jeruk muria kudus pernah diperkenalkan Prakoso Heryono pada awal 2000.

Pakar pamelo –sebutan jeruk besar—di Loka Penelitian Tanaman Jeruk dan Holtikultura (Lolitjeruk) di Tlekung, Jawa Timur, pun tak mau berspekulasi. “Bila cirri-cirinya sama, kemungkinan besar serupa. Apalagi Pati dan Kudus berdekatan, hanya dipisahkan Gunung Muria. Pati di sebelah timur dan Kudus di barat,” tutur Khairani Martasari Msi, peneliti di Lolitjeruk.

Kudus dan Pati. Simpang siurnya asal-muasal pamelo berdaging merah itu membuat Trubus penasaran. Pada penghujung November 2006, Prakoso Heryono—penangkar yang pertamakali memperkenalkan pamelo muria kudus—bercerita. Buah yang dibawanya ke pameran Flora dan Fauna di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, berasal dari wilayah di kaki Gunung Muria. Secara administratif daerah itu termasuk ke dalam 2 wilayah : Kecamatan Gawe, kabupaten Kudus dan Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati.

Nama pamelo muria kudus disematkan masyarakat kota kretek itu karena mereka percaya asal-muasal tanaman itu dari Kudus. Konon pada 1970-an ada sebuah kawasan elit di Kudus yang bernama daerah kauman. Pagar pekarangan di daerah itu tinggi-tinggi sehingga aktivitas penghuni dan isi pekarangan rumah tak bisa dilihat masyarakat sekitar.

Dari sebuah rumah milik H. Abdul Gofar, jeruk besar kerap muncul sebagai buah tangan untuk tetangga. Tak seorang pun berani memperbanyak tanaman itu karena sang pemilik orang yang sangat disegani.

Bibit cangkokan baru beredar di masyarakat Kudus setelah seorang tukang batu menyelundupkan cangkokan dan menanam di rumahnya. Sayang, cerita yang beredar di masyarakat Kudus itu tak bisa dilacak sampai ke tokoh kunci, sang tukang batu.

Titik terang muncul dari cerita H. Suradi, ayah mertua Sukir. Menurutnya, pada 1960-an Hj Fatma, seorang janda dari H. Zaini di Pati, dinikahi kyai terkenal asal Kudus bernama H. Abdul Gofar. Tak lama setelah menikah Abdul Gofar tinggal di Pati dan menanam 2 cangkokan jeruk besar yang berasal dari rumahnya di Kudus. Sepeninggal Gofar dan Ratna kedua tanaman itu mati merana. Beruntung pada 1972, Suradi yang bekerja pada Fatma diperbolehkan mencangkok 2 bibit untuk ditanam di ahlaman rumahnya di Pati.

Menyebar. Selama 14 tahun jeruk besar di halaman rumah Suradi tak terurus. Baru pada 1988, Sukir, menantunya, mencangkok 10 bibit untuk ditanam di lahan seluas ¼ ha. Ia tertarik menanam karena pada 1986 –saat baru menikah-- dari 2 pohon indukan itu diperoleh 1.000 buah. Total pendapatan Rp. 500-ribu. “Nilai itu setara dengan 2 anak sapi,” tutur Sukir.

Prediksinya tepat. Saat panen pertama kali, pada 1997, ia memperoleh pendapatan Rp. 10-juta dari 10 pohon. Nilai itu luar biasa karena tanah seluas ¼ ha miliknya hanya dihargai Rp. 6-juta.

Masyarakat Gembong gempar melihat harga jeruk bisa melampaui harga tanah. Sejak itulah tetangga Sukir mengikuti jejak menanam jeruk besar. Sang pionir pun memperluas penanaman hingga 2 ha sejak 1995-2003. Total jenderal ia memiliki 270 tanaman berbagai umur. Dari sanalah pada 2005 guru Sekolah Dasar itu memperoleh 5 ton setara Rp. 35-juta. Pada 2006, total panen dan pendapatan berlipat dua kali. Sukir menduga, saat ini di Kabupaten Pati tersebar 125.000 tanaman berumur 3-4 tahun.

Kudus pun tak mau ketinggalan. Menurut Moch. Tarom Amd, staf Dinas Pertanian Kabupaten Kudus, populasi mencapai 55.500 tanaman. Dari jumlah itu, 35.000 pohon sudah berproduksi ; 13.000 dewasa belum berroduksi dan 7.500 tanaman muda. Kelak 3-4 tahun ke depan, Pati dan Kudus bakal menyaingi Magetan, sentra pamelo di Jawa Timur.


Pamelo muria. Dari cerita itu Khairani mengusulkan satu nama untuk jeruk bali madu dan jeruk muria kudus. “Keduanya (Pati dan Kudus, red) memang berhak mengklaim nama itu. Namun, yang lebih tepat pamelo muria. Dia kebanggaan Jawa Tengah karena wilayah penyebaran lebih dari 1 kabupaten,” ujar Khairani.

Menurutnya, pamelo muria memiliki keistimewaan yang sulit ditemui pada varietas lain. “Buah tidak berbiji. Dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menciptakan pamelo tanpa biji,” tutur kelahiran Padang 36 tahun silam itu.

Contohnya nambangan, varietas pamelo asal Magetan, Jawa timur, meski diradiasi agar tak berbiji. Pada pemlo muria, buah tanpa biji bila ditanam pada ketinggian di atas 400 m dpl. Pada ketinggian kurang dari itu buah berbiji 1-2.

Kelezatan pamelo muria mengingatkan Trubus pada varietas unggul nasional pamelo taliwang merah dan taliwang putih asal NTB. Bedanya taliwang berukuran kecil, 0,5-1 kg. (baca : Merah Putih Berkibar di Sabalong Samalewa, Trubus Oktober 2005).

Sedangkan jeruk bali Pati tanpa biji dan ukuran bervariasi, mulai 1 kg hingga 12 kg per buah. Kulit pun tebal, 2 cm sehingga gigitan lalat buah tak menembus daging buah. Pamelo muria memang layak sejajar dengan varietas unggul nasional lain.

Jeruk Bali Madu. Ya, Jeruk Bali Madu.

Jeruk Yang Beda. Dibandingkan dengan jeruk lainnya, jeruk besar yang diproduksi para petani asal lereng Gunung Muria ini, sungguh berbeda. Karena rasanya manis dan tidak getir, banyak mengandung air dan empuk nyes tanpa ampas di mulut dengan warna daging buah kemerah-merahan. Inilah yang menjadi ciri khasnya.

Di daerah sentra produksinya yang terletak di Desa Bageng, Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati, jeruk besar ini lazim disebut dengan nama Jeruk Bageng dan akhir-akhir ini nama yang popular adalah Jeruk Bali Madu.


Bibit murah. Bibit yang baik merupakan langkah awal keberhasilan budi daya. Untuk mempertahankan sifat-sifat unggulnya, sampai saat ini para petani Desa Bageng memperbanyak bibit dengan cara cangkokan. Seringkali sering dijumpai pohon-pohon yang khusus “dikorbankan” sebagai pohon induk.

Apakah Anda butuh bibit ? Anda akan mendapatkannya dalam kemasan kantong/zak, dengan harga yang relatif murah dengan kualitas bibit sesuai dengan induknya.


Tumbuh Dimana Saja. Jeruk Bali Madu dapat dibudiyakan di pekarangan (tabulakar), di pot (tabulapot), mau pun ditanam secara komersial dengan cara dikebunkan.


Penanaman. Untuk persiapan tanam di lapangan, harus disediakan lubang tanam terlebih dahulu. Juga pot bila hendak dibudidayakan dalam pot. Setelah kantong/zak dilepas, bibit dapat ditanam. Agar tanaman dapat tumbuh secara tegak, diperlukan bambu penyanggan (ajir) untuk menyangganya.


Pemupukan. Untuk tanaman di lapangan : pada tanaman yang masih muda, pemberian pupuk dapat dilakukan dalam parit kecil (rorakan) di sekeliling tanaman secara melingkar. Rorak dibuat sesuai dengan lebarnya tajuk tanaman. Semakin besar tanaman semakin besar rorakannya. Jika tanaman sudah besar dan tajuknya sudah saling menyangkut, pemberian pupuk dapat dilakukan secara memanjang dalam parit kecil.

Dosis pupuk per pohon yang terdiri dari Pupuk Kandang (M3), Urea (Kg), SP 36 (Kg), Kcl (Kg) pada umur 1 tahun dengan perbandingan : 0,5 0,20 0,45 0,40. Umur tanaman 2 tahun : 0,5 0,40 0,65 0,65. Umur 4 tahun : 0,5 0,80 1,00 1,00. Umur 5 – 15 tahun : 0,5 1,00 0,55 0,85.

Tanaman di pot : pupuk kandang sebaiknya diberikan tidak kurang dari 3 bulan sekali, dengan cara ditaburkan secara merata pada permukaan tanah. Dosis pupuk butan per pohon/bulan adalah campuran 1 sendok Urea, 1,5 sendok SP 36 dan 2 sendok Kcl. Apabila tanam sudah berumur 2 tahun ke atas, dosis pupuk dilipatgandakan menjadi 2-3 kali. Pemberiannya dengan cara ditabur pada bagian pinggir pot secara merata.


Pengairan. Tanaman di lapangan : kebutuhan air sangat tergantung pada keadaan tanah dan umur tanaman. Untuk mudahnya, petani biasanya melihat tingkat kelembaban tanah.

Jika tanah nampak kering berarti tanaman di atasnya membutuhkan “minum.” Perlu juga diperhatikan sistem pembuangan airnya, karena tanah yang becek dan tergenang di sekitar tanaman akan menjadi sasaran empuk penyakit jeruk.

Tanaman di pot : sekadar contoh, tanaman dalam pot ukuran 0,5 m x 0,5 m akan memerlukan penyiraman 2-3 liter per hari.


Pemangkasan. Kegiatan pemangkasan dibedakan menjadi pemangkasan bentuk dan pemangkasan pemeliharaan. Tanaman yang berasal dari bibit cangkokan biasanya sudah mempunyai percabangan yang baik, sehingga tidak perlu pemangkasan.

Pemangkasan pemeliharaan ditujukan untuk merangsang keluarnya bunga, mencegah serangan penyakit, merangsang pertumbuhan tunas baru, mengurangi kerimbunan. Juga ditujukan untuk membuang tunas liar atau tunas air dan cabang yang sakit.


Pengendalian Hama/Penyakit. Hama dan penyakit merupakan salah satu factor utama yang dapat menghambat kelancaran pembudidayaan jeruk besar. Serangannya dapat ringan sampai berat. Serangan berat dapat mengakibatkan tanaman mati, sehingga gagal panen. Untuk mengendalikan hama/penyakit dapat dilakukan secara fisis, mekanis, biologis dan secara kimiawi.


Panen dan Pasca Panen. Pemanenan untuk memperoleh hasil terbaik jika pemetikan dilakukan pada saat buah tepat matang. Pemanenan yang terlalu muda tidak menjamin mutu buah. Apalagi jeruk besar bersifat nonklimaterik, yaitu buah tidak mengalami proses pematangan setelah dipanen. Jeruk besar dipanen berumur 6-8 bulan setelah bunga mekar.

Untuk mendapatkan kualitas yang baik, pemanenan sebaiknya menggunakan gunting pangkas. Dilakukan sekitar jam 9 pagi sampai sore.

Pasca panen : untuk mempertahankan kualitasnya, perlu dilakukan beberapa kegiatan yang emliputi : sortasi, grading, pengemasan, pengangkutan sesuai tujuan pemasaran.


Anda tertarik ? Apabila Anda memerlukan bimbingan teknis budidaya jeruk besar, Anda dapat menghubungi : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pati, Jl. Diponegoro No. 23 Pati, Telepon : 0295-381418.

Kalau Anda membutuhkan Jeruk Bali Madu atau pun bibitnya, segeralah kontak : bapak Sukir, Spd. HP : 08157724960. Alamat : Rt 02 RW 07 Desa bageng, Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah.


jbm

Kamis, 01 Mei 2008